Candala Memeluk Mesra




Candala Memeluk Mesra

Oleh: Nur Budianah


Kebersamaan biasanya menjadi moment menyenangkan dan dinanti-nanti bagi banyak orang, namun tidak untukku. Kebersamaan selalu berujung candala, dialah pemenang perang batin dalam jiwaku. Gemuruh dada membuatku ingin segera kembali pada kesunyian, sunyi hanya bertemankan aku seorang. Entah kenapa candala setia memeluk mesra setiap kali berusaha kuat mengumpulkan cukup energi, agar aku mampu berada di antara banyak tawa dan kata.


Lagi-lagi, jemariku tak bisa diam barang sejenak. Mereka berusaha meraba dan menari-nari agar mampu menyingkirkan candala yang selalu berusaha kuat memeluk mesra. Entah seperti apa tatapan yang tertuju padaku, penilaian seperti apa yang muncul akan kehadiranku. Aku hanya bisa mempertahankan energiku beberapa waktu saja. Jika melebihi batas energi yang kumiliki, maka kelelahan dan kegelisahan berusaha merasuk merajai relung jiwaku. Lagi-lagi candala berhasil menjadi pemenang menguasai.


Kehadirannya mungkin telah Tuhan takdirkan untukku, kata-katanya mampu membuka hati dan pikiranku. Ia membantu pancarkan aura positif dalam diriku tuk berteriak, 'kita itu istimewa,' sejak itu Aku mulai memikirkan dan bertanya dalam diam, 'Apa iya semua orang istimewa, pun aku?.' Aku berjalan menyusuri pengembaraan hidup, mencari tahu dan mengenali keistimewaan yang belum pernah kukenali dan berhasil kusibak dari balik tabir yang menghalangi.


Ia bilang padaku, manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memiliki akal dan bakat. Manusia memiliki kelebihan dan kekurangan diri, jadi kita itu istimewa. Ada yang lebih bersinar terang bak bagaskara. Di balik panasnya, pancaran teriknya sangat dibutuhkan. Ada juga yang cantik memesona bak arunika, hangatnya sangat dinanti. Ada pula yang mampu menjadi swastamita yang dirindukan, menutup hari dengan pancaran cahaya indahnya tuk beranjak menyambut dinginnya malam. Ada pula yang dingin nan menyejukkan, lembut sinarnya bak indurasmi menemani istirahat insan dari penatnya rutinitas. 


Sekuat apapun aku berusaha, tidak selamanya aku berhasil menyingkirkan candala. Sesekali ia tetap berhasil menang menguasai jiwaku. Kuputuskan, biarlah ia sesekali hadir, biarlah ia menjadi bagian dari hidupku. Terima kasih candala, kamulah yang membuatku berpikir dan bersikap bijak. Kamulah yang berhasil membuatku berhati-hati dalam bergaul dan menghargai siapapun yang berada bersamaku. Di balik kekurangan selalu ada kelebihan di baliknya. Semuanya akan silih berganti mewarnai hari-hariku.

Komentar

Mispalah mengatakan…
Keren bu👍
diah0884 mengatakan…
Terima kasih Ibu Mispalah 🙏😍

Postingan populer dari blog ini

Mahkota Terindah dan jubah kemuliaan untukmu Ayah, Ibu

Resume Materi Hari Pertama BM Gel 25-26

Lentera di Hati Bintang