Lentera di Hati Bintang





Lentera di Hati Bintang

Karya : Nur Budianah


Satu dekade kurang lebih sudah hitungan tahun, aku tidak berada di satuan pendidikan mendedikasikan segenap ilmu dan kemampuan untuk dipersembahkan kepada anak didik generasi penerus bangsa. 


Setelah kuputuskan untuk beristirahat sejenak melakukan cooling down dikarenakan masa kehamilanku yang cukup payah dan tidak bisa diajak untuk beraktifitas kala itu.


Selama satu dekade ini berusaha bermetamorfosa menjadi kupu-kupu cantik bersahaja yang berada di istana mungil tercinta, menikmati semua kenikmatan mendedikasikan segenap ilmu dan raga untuk generasi penerus bangsa dan agama yang terlahir dari rahimku. 


Bersama suami yang tak lain adalah kepala sekolah dalam kepompong madrasah yang bercita-cita melahirkan anak-anak yang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu indah nan mempesona dengan ilmu yang dimiliki siap bersosialisasi dan siaga bersaing menjadi yang terbaik di zamannya.


***

"Bu Nurul, saya minta tolong untuk bantu mengajar di SDIT Insan Kamil," Suara dari Ibu Dwi di ujung telepon.


Suara itu tersirat sebuah harapan besar agar aku bersedia membersamai menjadi pendidik di sana. Terdiam sejenak, pikiranku melayang ke sana ke mari entah apa yang harus aku jawab atas ajakan Bu Dwi ini. Setelah aku menikmati indahnya taman penuh bunga yang aku mampu terbang ke sana ke mari di dalamnya bak kupu-kupu cantik. 


Haruskah aku memulai kembali untuk hinggap di taman lain mengajarkan kupu-kupu mungil yang berusaha untuk bisa terbang dengan lincah dan bahagia hinggap di bunga yang ingin dicapainya bahkan hingga ke bunga yang berada di ranting pohon yang lebih tinggi.


"Tolong bantu yah, karena sudah menginterview beberapa calon Guru tapi belum ada yang cocok," tambah Bu Dwi menjelaskan alasan agar aku bersedia.


Sekali lagi aku bingung, karena anak-anak masih kecil, saat itu si bungsu masih berada di usia 3 tahun, jika aku menjawab bersedia bagaimana dengan si bungsu?


Aku putuskan menunda 1 tahun ke depan untuk menjawab kebersediaanku. Pertimbangannya tahun depan usia si bungsu menginjak 4 tahun dan sudah bisa aku masukkan ke Taman Kanan-Kanak tingkat A. Mencarikan sekolah yang tersedia day care agar selama aku mengajar si bungsu tetap berada di sekolah sampai aku jemput sore hari saat aku pulang dari mengajar.


***

Embun pagi berusaha tegar bertengger di dasar dedaunan, menyambut insan yang segera terjaga di saat suara ayam bersahut menyambut terbitnya sang fajar indah memesona.


Udara bersih nan sejuk menyeruak merangkak memasuki rongga hidung dan berusaha menerobos masuk hingga ke paru-paru. Menambah kesiapan insan memulai aktifitas dengan senyum merekah bak bunga yang baru saja mekar. 


Entah kenapa hari ini aku sangat bersemangat bangun sangat pagi dan segera bersiap berangkat ke sekolah. Rupanya hari ini adalah hari pertamaku kembali ke zona terindah dalam hidup bertemu dengan anak didik mendedikasikan segenap ilmu dan kemampuanku.


'Apa aku bisa menorehkan warna terindah penuh makna dan manfaat pada kertas putih polos hari ini? Allah bantu aku untuk bisa melewati hari ini dengan baik, bismillahi tawakkaltu alallahi la haula wala quwwata Illa billah'

Gumamku pagi ini agak sedikit ragu, ku mantapkan hati dan tegarkan langkah.


"Assalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh," sapaku kepada para bintang kecil di ruang kelas 2 Sa'ad bin Abi Waqash.


"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," sahut beberapa bintang kecil.


"Apa kabar anak-anak solih solihah pagi ini?" Tanyaku dengan wajah seceria mungkin, berusaha menghidupkan suasana kelas sekaligus mengambil hati para bintang agar fokus memperhatikan aku sebagai gurunya.


"Alhamdulillah luar biasa Allahu Akbar," sahut beberapa bintang kecil lagi yang tak lain adalah mereka yang menjawab salamku di awal tadi. Sedangkan yang sibuk dengan aktivitasnya tetap saja tidak memperhatikan.


Aku sadar mulai saat akan berangkat ke sekolah, bahwa di awal aku memasuki kelas baru dimana antara guru dan para bintang belum memiliki ikatan hati yang kuat maka jangan harap proses kegiatan belajar mengajar akan terasa asyik dan seru bagi para bintang tersebut.  Justru yang akan terjadi adalah rasa bosan yang tersirat dari wajah mereka dan pada akhirnya mereka akan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing yang menurut mereka lebih seru dibanding harus memperhatikan gurunya yang ada di depan kelas.


Segera mungkin aku mencari cara untuk menstimulan dan merangsang alam bawah sadar mereka. Aku melakukan story telling yang berkaitan erat dengan pembelajaran yang akan aku sampaikan. Tidak lupa yang paling utama adalah berserah pada Allah memohon agar diberi kemudahan dan kelancaran serta rida-Nya. Sebagai seorang guru, aku harus mampu menyemai rasa cinta, kasih dan sayang sepenuh hati kepada mereka, sehingga mereka pun tanpa ragu akan memberikan sepenuh hatinya dalam mengikuti pembelajaran bersamaku.


Alhamdulillah, dalam sekejap semua bintang kecil di ruang kelas itu memancarkan kilau sinarnya menyambutku dengan ceria, semangat dan sepenuh hatinya. Baru saja beberapa hari membersamai mereka, suatu hari tanpa ragu bintang kecil itu memberikan surat cintanya padaku. 


'Terimakasih Mrs, aku sayang banget sama Mrs, ajarin aku terus yah Mrs, Mrs cantik dan baik banget.'


Surat cinta yang ditulis bintang kecil, membuatku tak rela meredupkan lenteraku. Aku ingin selalu bersama mereka menerangi perjalanan mereka tuk menjadi bintang kecil berkilau indah di zamannya.



Allah izinkan aku tuk menjadi lentera yang tak pernah redup bercahaya

Menyinari perjalanan para bintang kecil

Menemukan cahaya agar mampu berkilau indah

Menggenggam erat tangan mungil mereka

Tuk berhasil melangkah menuju kilau cahaya

Meraih cahaya terbaik menyinari perjalanan panjang mereka ke depan


***

Perjalanan membersamai para bintang tak selamanya semulus dan semudah yang kita bayangkan dan harapkan. Di situlah warna warni tantangan yang Tuhan berikan untuk sang lentera, mampu bersiap siaga menjaga sinarnya agar tetap bersinar. Menguatkan sang lentera tuk mampu membantu para bintang kecil memancarkan sinarnya agar selalu berkilau indah.


Hari ini salah satu bintang tengah meredupkan kilaunya menguji kesabaran sang lentera. Dia meneteskan air matanya, sedikit bergetar dan mengeluarkan sedikit percikan panas, lentera hendak keluar meninggalkan kelas karena harus pindah ke ruang kelas lain bersamai bintang kecil lainnya. 


Bintang yang redup itu mengamuk tak mengizinkanku untuk pergi meninggalkannya. Hati bertanya-tanya dibuatnya, dibujuk semakin menjadi lebih bergetar dan semakin memercikkan panasnya. Lentera mengelus dada dan tak lupa berserah pada Sang Maha Lembut, agar senantiasa melembutkan selalu hatinya. 


Kupeluk erat bintang kecil redup tersebut, memeluk sepenuh hati dan cinta. Berusaha merasakan apa yang dirasakan oleh bintang redup tersebut. Kuusap punggung dan kepala sang bintang, hingga sang bintang merasa tenang. Kuberusaha terus memahami apa yang sedang bergejolak di hatinya serta apa penyebab gejolak hatinya. 


Kugenggam tangannya, kutatap matanya yang berkilau indah karena dihiasi air mata yang siap menetes kapanpun saja. Kuajak bicara dari hati ke hati, memasuki alam bawah sadarnya agar ia mampu menceritakan apa yang sedang ia pikirkan dan rasakan tanpa sadar tanpa paksaan. Menceritakan semuanya dan membiarkannya mengalir begitu saja, sampai ia merasa lega karena telah mengeluarkan apa yang ia pendam hingga akhirnya meledak bak bom waktu.


Senyum indah terlukis di wajah mungil sang bintang kecil dan cahayanya perlahan kembali berkilau. Segala ucap syukur terlantunkan atas segala warna yang Kau torehkan untukku di setiap waktu saat membersamai mereka. Syukur atas izin-Mu padaku tuk menjadi lentera dan menjadi lentera di hati bintang.


Ketika bintang sudah mencintai lentera

Keberadaan lentera akan selalu dirindukannya

Saat bintang merasa tidak menemukan lentera

Ia akan merasakan kehilangan dan mencari keberadaannya

Saat bersama lentera, sang bintang tak pernah rela untuk berpisah

Ingin selalu bersama saling memancarkan cahaya indah

Guru kaulah lentera yang dimaksud itu

Bintang kecil berkilau itu adalah murid yang Kau didik dan Kau bersamai selama ini

Semangat tuk menyalakan selalu cahayamu wahai Lentera

Semangat menjadi Lentera indah di hati Bintang


Bionarasi

Penulis dengan nama pena Nurul Wardah yang kata orang manis dan baik hati tapi sok sibuk ini lahir di Bekasi, 7 Agustus 84. Beraktivitas sebagai pendidik Tahsin dan Tahfizh di SDIT Insan Mulia Tambun Utara Bekasi. Menulis baginya adalah media mengeksplor peotensi diri dan pemecah masalah yang mungkin tidak pernah terbersit dalam benak sekalipun. Kenal lebih dekat yuk melalui IG @diah_84, FB DiahNurBudianah.


Prestasi yang diraih juara 3 event Quotes antologi tema Harapan, harapan 1 Quotes antologi tema Memendam Rasa, juara terbaik 1 nubar cerpen antologi Scribles of Life.


Karya-karya beliau yang telah dibukukan dalam nubar antologi:


Cerpen:

Lentera di Hari Bintang

Aku Bukan yang Pertama

Kembalikan Istriku (Juara Terbaik 1 tingkat Nasional bersama Lisa Publisher, tema: bebas)

Berawal Dari 00.01

Ia Bukan yang Kuimpikan

Teror Surat Kaleng

Terima Kasih Atas Cintamu

Kurelakan Rasa Ini

Cinta yang Tak Terucap

Mahkota Terindah Untuk Ibu

Cahaya di Pembaringan Reza

Cermin Kehidupan Malin


Puisi:

14 Hari Terakhir

Dentang Waktu

Kembali

Relung Hati

Persahabatan Hingga ke Surga

Rendah Hati di Puncak Kesuksesan

Terima Kasih Malaikat Kecilku

Harapan

Kepompong Ramadan

Setitik Cahaya

Sempurna


Quotes:

Tabir Harapan (Juara 3 tingkat Nasional bersama SPWS Publisher, tema: Harapan)

Puncak Harapan

Sempurna (Juara Harapan 1 tingkat Nasional bersama Dairy Publisher, tema: Memendam Rasa, genre: bebas)

Sudut Pandang Berbeda


Komentar

Rohati mengatakan…
Semoga terus menjadi lentera yang terus menyala ya Ibu..salam literasi .
diah0884 mengatakan…
Aamiin Ya Allah...
Doa yang sama untuk Ibu...
Salam literasi.

Postingan populer dari blog ini

Mahkota Terindah dan jubah kemuliaan untukmu Ayah, Ibu

Resume Materi Hari Pertama BM Gel 25-26