Senandika Perjalanan Hidup Zalfa

Senandika Perjalanan Hidup Zalfa

Karya : Nur Budianah


Namaku Zalfa, ingin sekali kucurahkan kepadamu semua isi, rasa dan warna yang bersemayam dalam hati, pikiran dan juga jiawaku. Sesuatu yang sesekali waktu mampu mempengaruhiku untuk berpikir dan berbuat nekad. Aku ingin sekali kamu bisa mengerti semua yang aku rasakan ini dan aku mampu menumpahkan semuanya tanpa ragu padamu. Padamu yang hingga kini belum jua aku temukan.


Aku sangat lelah dengan semua perasaan ini. Capek dengan semua pikiran yang menghantui dan menjangkiti alam bawah sadarku. Sakit dengan bisikan-bisikan yang selalu mengiang di telingaku. Semuanya membuatku merasa buruk, menyendiri dan tidak berani untuk berada di dekat orang lain terlebih di depan mereka. Sungguh sangat letih diri ini melawan semua gejolak yang sering kali berkecamuk dalam jiwa.


Ingin aku menolak semua itu, ingin aku seperti orang-orang normal lainnya yang kulihat betapa bahagianya mereka dengan semua kehidupan yang ada padanya. Melihat ekspresi wajah mereka, mendengar gelak tawa mereka, semua seperti tak ada beban. Aku cemburu dengan semua itu, kenapa aku tidak bisa seperti mereka? Pertanyaan ini belum bisa kutemui jawabannya hingga kini.


Perasaan yang sering kali membuatku membenci diriku sendiri hingga terpintas rasa ingin mengakhiri hidup yang tidak adil untukku ini. Aku marah pada kehidupan ini karena aku merasa tidak ada yang mau menatapku hangat, tidak ada yang mau menggenggam tanganku erat, tidak ada yang mau memelukku mesra. Aku benci…


Apa aku sangat buruk di mata mereka sehingga aku tidak pantas menjadi teman untuk mereka? 


Masa kecil yang aku sendiri tidak pernah mengira akan berimbas fatal pada psikis dan mentalku di kemudian hari. Masa kecil yang aku sendiri tidak pernah menyadari selama ini telah terjadi luka yang semakin hari semakin menganga lebar. Masa kecil yang hanya bisa menangis dan merengek agar diizinkan untuk tidak berangkat ke sekolah dan mampu membuatku takut untuk menginjakkan kaki di sekolah. Masa kecil yang aku sendiri tidak mengerti apa yang membuatku takut pada mereka.


Tuhan bisakah aku meminta-Mu untuk menghentikan waktu karena aku tidak kuat dengan semua ini. Apakah boleh aku meminta pada-Mu untuk kembalikan masa kecilku yang sempat terampas oleh sikap-sikap jahil teman-temaku. Apakah boleh aku memutar waktu agar aku lebih kuat menghadapi sikap-sikap jahil mereka. Apakah bisa aku memutar waktu dan memilih agar aku tidak seperti ini, tidak lemah layaknya pecundang yang sangat tidak diharapkan kehadirannya oleh siapapun.


Aku tahu itu semua tidaklah mungkin. Aku sadar itu semua tidak akan pernah terjadi. Namun aku hampir menyerah, aku tidak sanggup lagi. Aku pikir setelah aku menyelesaikan perjuangan perjalananku di masa Taman Kanak-kanak semua akan berakhir, akan ada secercah cahaya indah di pintu gerbang yang berwarna merah itu. Tapi nyatanya tidak.


Nyatanya pintu itu semakin menakutkan buatku, lebih menyeramkan dari pintu yang berwarna warni sebelumnya aku tempati. Perjalananku sangatlah menegangkan, tidak berani sama sekali menatap mata lawan bicaramu. Tidak berani untuk menunjukkan ini Aku seperti yang teman-teman lakukan. Tapi entah kenapa di akhir perjalananku di gerbang merah ini aku mampu lulus dengan meraih nilai tertinggi. Di akhir justru teman-teman mau menatap dan mengakui keberadaan ku. Apakah senafik itu, mereka mau mengakuiku dan berteman denganku hanya karena nilai tertinggi itu yang aku sendiri tidak paham bagaimana mungkin aku bisa meraih ini semua. Apakah ini karena keberuntungan yang sedang memihak padaku atau memang karena kemampuanku yang selama ini aku tidak pernah sadari memilikinya.


Begitupun saat menginjakkan kakiku memasuki gerbang Biru dan dan Abu-abu itu. Rasa minder, tidak punya arti dan nilai apapun yang mampu aku tunjukkan dan banggkan pada teman-teman dan guru guru di sana. Perasaan yang menjadikanku semakin terpuruk dan tidak pantas duduk bersama dengan mereka. Nilai-nilai rapor sekolah yang semakin menurun dari hari  ke hari. Nilai akhirku juga tidak pantas untuk aku banggakan.


Tuhan tolong datangkan padaku seseorang yang mampu menghangatkan hati yang dingin ini, seseorang yang mampu mendinginkan kembali kala hatiku sedang panas, seseorang yang mampu membantuku keluar dari belenggu penuh derita dan keterpurukan ini. Seseorang yang mampu membantuku untuk bangkit tunjukkan pada dunia aku bisa tersenyum. Tunjukkan pada dunia senja itu sangat indah, tanpanya hari tidak akan terasa sempurna. Senja kau layak tunjukkan cantik parasmu.


***

Kuputuskan untuk merubah semua di gerbang berikutnya ini. Di sini yang kata orang bisa berteriak dengan bebas suarakan hati nurani. Di sini demokrasi digaungkan,  di sini yang katanya semua lebih bisa berpikir dewasa.


Namun nyatanya sebaliknya, di sini lah pikiranku mulai terbuka dan mampu menyadarkanku yang selama ini sempat tertidur lelap sibuk dengan keresahan hati sendiri. Di sini aku bertemu seseorang yang bernama Utsman dan Selfi, mereka mengajakku untuk menebar cinta, menyuburkan kasih dan memupuk rasa sayang kepada sesama. 


Ya Allah betapa malunya aku ternyata aku yang salah menilai selama ini. Kalam-Mu yang indah bak pelerai dikala gundah, penyejuk di kala gersang, petunjuk jelas dikala fatamorgana. 


Utsman menjelaskan dan meyakinkanku akan luasnya dan besarnya Rahmat Allah yang tercurahkan untuk kita sebagai hamba-Nya. Utsman menjelaskan salah satu firman Allah yakni dalam Alquran Surat Al-Baqarah ayat 155

"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.


Allah menguji kita karena Allah sayang pada kita, Allah pilih kita untuk menjadi hamba pilihan-Nya. Inilah berita gembira untuk orang-orang yang sabar maka sabarlah dengan segala ujian dari-Nya.


Salah satu yang tidak pernah aku lupakan dari semua nasihat yang Utsman sampaikan yakni sabda Rasulullah SAW.

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik Radiallahu Anhu, pembantu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (Riwayat Bukhari dan Muslim)


Karena begitu tinggi dan indahnya cahaya yang Alloh subhanahu wata’ala berikan kepada mereka yang saling mencinta karena Alloh, maka para Nabi dan Syuhada pun mengharapkan cayaha itu. Para Nabi dan Syuhada adalah orang-orang mulia dan mendapatkan kemuliaan yang besar di sisi Alloh subhanahu wata’ala, akan tetapi ketika melihat kemuliaan orang yang saling mencinta karena Alloh subhanahu wata’ala, timbul sifat ghibtoh pada mereka yaitu sifat mengharapkan mendapat kemuliaan sebagaimana orang lain dapatkan tanpa keinginan sedikitpun hilangnya kemuliaan itu dari orang tersebut.


Kini aku justru berpikir sebaliknya, terimakasih Tuhan Engkau telah menempaku sedemikian karena Engkau membuktikan kasih sayang dan cinta-Mu padaku dan seluruh hamba yang kau pilih dan aku adalah salah satu hamba yang Engkau pilih untuk melewatinya agar tumbuhlah rasa kasih sayang dan cintaku untuk sesama. Agar aku tidak menjadi orang yang sombong.


Berpikir kenapa dahulu aku musti marah, kecewa, benci dengan semua perlakuan teman-temanku. Setelah aku pikir-pikir tidaklah ada yang salah di sini, bukan salah mereka hingga aku menjadi seperti itu. Mereka tidaklah wajib bertanggung jawab sebagaimana aku mendakwa mereka. 


Jalan keluarnya adalah dengan menumbuhkan rasa cinta pada diri sendiri, syukuri atas apa yang Allah berikan pada kita baik itu kelebihan ataupun juga bahkan semua yang dianggap sebagai kekurangan diri.


Aku sadar sekarang justru dengan menebar cinta dan kasih sayang, maka jiwa akan merasa bahagia. Terimakasih Utsman dan Selfi kalian ajarkan aku makna cinta yang sesungguhnya. Cinta itu memberi bukan menuntut, cinta itu melakukan sesuatu bukan menunggu, cinta itu tebarkan senyum tanpa terpaksa dan tanpa memilih.

Terimakasih sekali lagi atas cintamu Utsman dan Selfi telah mengantarkan ku kepada cinta yang sesungguhnya.


Bionarasi

Penulis dengan nama pena Nurul Wardah yang kata orang manis dan baik hati tapi sok sibuk ini lahir di Bekasi, 7 Agustus 84. Beraktivitas sebagai pendidik Tahsin dan Tahfizh di SDIT Insan Mulia Tambun Utara Bekasi. Menulis baginya adalah media mengeksplor peotensi diri dan pemecah masalah yang mungkin tidak pernah terbersit dalam benak sekalipun. Kenal lebih dekat yuk melalui IG @diah_84, FB DiahNurBudianah.

Prestasi yang diraih juara 3 event Quotes antologi tema Harapan, harapan 1 Quotes antologi tema Memendam Rasa, juara terbaik 1 nubar cerpen antologi Scribles of Life.

Karya-karya beliau yang telah dibukukan dalam nubar antologi:


Cerpen:

Lentera di Hari Bintang

Aku Bukan yang Pertama

Kembalikan Istriku (Juara Terbaik 1)

Berawal dari 00.01

Ia Bukan yang Kuimpikan

Teror Surat Kaleng

Terima Kasih Atas Cintamu

Kurelakan Rasa Ini

Cinta yang Tak Terucap

Mahkota Terindah Untuk Ibu

Cahaya di Pembaringan Reza

Cermin Kehidupan Malin



Puisi:

14 Hari Terakhir

Dentang Waktu

Kembali

Relung Hati

Persahabatan Hingga ke Surga

Rendah Hati di Puncak Kesuksesan

Terima Kasih Malaikat Kecilku

Harapan

Kepompong Ramadan

Setitik Cahaya

Sempurna


Quotes:

Tabir Harapan (Juara 3)

Puncak Harapan

Sempurna (Juara Harapan 1)

Sudut Pandang Berbeda









Komentar

sahadi71tanpabatas mengatakan…
Luar biasa mantap
diah0884 mengatakan…
Terima kasih Bapak Sahadi, mohon doa dan dukungannya agar mampu diselesaikan menjadi buku solo 🙏
indahsusantianggraeni mengatakan…
Bagus banget .... Tetap semangat n sukses sllu
Ovi Ciomas mengatakan…
Penulis andal 👍
Yuniar Hayati mengatakan…
Masya Allah Keren
diah0884 mengatakan…
Masya Allah, terima kasih teteh sayang. Bantu doa dan supportnya yah teteh❤️🙏
diah0884 mengatakan…
Masya Allah Tabarakallah. Ibu Yuniar juga sangat keren. Mohon doa dan supportnya Ibu🙏❤️
diah0884 mengatakan…
Aamiin Allahumma aamiin, qaabuul ya Allah. Terima kasih ibu, begitupun dengan Ibu penulis andal dan Hebat.
Mohon doa dan supportnya 🙏🤩

Postingan populer dari blog ini

Mahkota Terindah dan jubah kemuliaan untukmu Ayah, Ibu

Resume Materi Hari Pertama BM Gel 25-26

Lentera di Hati Bintang