Bait-bait Sesal dan Pengharapan




Bait-bait Sesal dan Pengharapan

Oleh: Nur Budianah


Surau itu 'kan menjadi saksi bisu, semua kisah kasih arkais belasan tahun silam. Aku dan kalian, di sana. Berawal tak mengenal, hanya melempar tatapan aksa satu sama lain. Bibir kelu membisu, hanya menyunggingkan senyum sesekali dan membalas senyuman lainnya. Saling sapa berkenalan, hingga tawa canda, duka lara, buntara menggelora merancang asa, jabat tangan peluk mesra, menjadi bagian warna dalam keseharian manis bersama. 


Kalian menjadi bagian penting dalam hidupku kala itu, menjadi bagian terpenting pula dalam kenangan indah memoriku kini. Mengabadi tak 'kan pernah lekang ditelan masa. Namun, ebersamaan tak melulu menorehkan kebahagiaan semata. Terukir retislaya tak berdarah yang sempat singgah, terpahat kuat dalam kalbu. 


Keringat dingin bercucuran, dada sesak napas terengah-engah, jantung berdegup kencang. Segera kusadarkan diri dari dunia alam bawah sadarku. Beranjak membasuh anggota tubuh dengan air wudu. Allah, rasa apa ini? Rasa yang tak pernah kurasakan. Dinginnya merasuk ke pori kulit, menggigilkan sekujur tubuh disapa semilir anila. Kala kubasuh satu persatu bagian tubuh, tersibak tabir penutup segala aib diri. 


Ada maaf lengah terbayarkan, ada janji belum sempat terpenuhi, ada amanah tak hadirkan Anindita, ada hak dan kewajiban terlalaikan. Aku memohon pada-Mu, luruhkanlah segala kehilafan. Lewat setiap tetes air wudu yang berjatuhan, selepas membasuh bagian-bagiannya. 


Isak tangis air mata, berderai membasahi rukuhku berwarna biru muda. Dalam sujud, aku tersungkur mengingat segala kesalahan dan kehilafan yang kuperbuat. Bait-bait sesal tak berujung ini, membuat seluruh raga terasa sakit. Allah, sudikah Kau membuka pintu maaf untukku? Masih pantaskah aku menggapai ampunan dan rida-Mu?. Masih pantaskah berharap, Kau kumpulkan aku dengan mereka di surga-Mu? 


Kan kuhapuskan semua akara kelabu masa itu. Kupinta jua pada kalian tuk sedia membuka kalbu suguhkan maaf untukku. Aku, insan lemah tanpa cela. Bersama hapus semua akara hitam yang sempat singgah dengan keangkuhannya. Memohon pada-Nya, kembali pertemukan kita dalam taman indah nan abadi.


Bekasi, 6 Juni 2022

Komentar

Suatu perpisahan yang penuh kenangan dan sarat makna
Mak jleb
Dail Ma'ruf Serang mengatakan…
Dramatis...dan berkesan
diah0884 mengatakan…
Terima kasih Bu Astuti sudah mampir, menjadi bagian kenangan kunjungan di blog aku πŸ˜πŸ™
diah0884 mengatakan…
Terima kasih Bapak supportnya πŸ™☺️
diah0884 mengatakan…
Terima kasih Bapak sudah mampir dan memberi supportπŸ™
prizma mengatakan…
Kereen abiss
diah0884 mengatakan…
Terima kasih Ibu Prizma atas kunjungan dan supportnya πŸ™

Postingan populer dari blog ini

Mahkota Terindah dan jubah kemuliaan untukmu Ayah, Ibu

Resume Materi Hari Pertama BM Gel 25-26

Lentera di Hati Bintang