Kutitipkan Kalbumu




KUTITIPKAN KALBUMU

Oleh: Nur Budianah


Aksaku tertuju pada sosok yang kudamba, ia yang kini bersandar di kursi panjang di bawah pantulan indurasmi. Menambah pesona indah yang tak ingin kupalingkan. Berdegup kalbu, ingin kududuk tepat di sampingmu, tanpa kehadiran jamanika yang menghalangi. Berharap tangan ini berada dalam genggaman erat nan mesra. Tangan yang menuntunku lembut melangkahkan kaki. Menapaki jalan panjang arungi Samudra bersama. Aku hanya bisa memandang dari kejauhan dan bergumam, ‘apakah kau juga melihat ke arahku dengan perasaan yang sama?’


Ah mungkin itu hanya harapan semuku semata. Kuseruput nikmat secangkir kopi robusta, panasnya membantuku menyelimuti tubuh yang disapa oleh dingin. Malam ini menjadi malam terindah yang kumiliki, akan kusimpan dalam lembaran aksara mengabadi dalam memori. Di setiap tegukan terlantunkan harap pada pemilik hatinya. Karena tak bisa kusampaikan langsung harapanku padanya, maka kutitipkan saja ia dalam bait-bait harap di sepertiga malam. Di hamparan sajadah biru, menjadi saksi setiap tetes air mata pengharapan. Renjana ini tak mampu lagi kukendalikan, namun aku ingin ia menjadi rasa yang tetap terjaga suci dalam balutan rida-Nya. 


Harum petrikor menusuk tajam, aroma khas yang hadir di tengah kerinduan berkepanjangan akan hadirnya. Seolah kan segera mendapatkan penawarnya. Desiran anala berhembus menambah kesejukan. Membawa lari petikor yang sempat singgah, diiringi rinai deras membasahi buana bak jamanika yang menghalangi pandangan. Di kejauhan kulihat lagi hadirmu. Pantas saja kurasakan kampa begitu kuat mengguncang kalbu. Rupanya kau ada di depan aksaku, terhalangi derasnya rinai yang seolah tak rela kuarahkan pandangan padamu. Ingin segera kusibak jamanika itu, agar mampu kulihat kau di sana dengan jelas. 


Ada rahmat-Nya terhampar di setiap tetes rinai yang membasahi buana dan pori kulit ini. Kutitipkan saja kembali kalbumu pada pemilik sejati, ‘Tuhan izinkanku tuk memasukkannya dalam kalbuku.’ Di bawah rinai ini kumohon padamu, pilihkanlah dan kehendakilah ia menemaniku kelak. Berjalan bersama di bawah rinai, lalu berlari kecil menggeggam jari jemari mencari tempat berteduh. Halalkanlah ia untukku dan izinkanlah renjana bermuara, dalam ikatan sakinah mawadah dan rahmah.

Komentar

Munawar mengatakan…
mantap...dahsyat
diah0884 mengatakan…
Terima kasih Kanda sudah berkunjung dan memberikan support 🙏

Postingan populer dari blog ini

Mahkota Terindah dan jubah kemuliaan untukmu Ayah, Ibu

Resume Materi Hari Pertama BM Gel 25-26

Lentera di Hati Bintang